Selamat Datang ...

Selamat datang di situs Dharma Wanita Persatuan Kementerian Perumahan Rakyat periode kepengurusan 2009-2014...

12 Juni 2018

Proposal kerjasama

Halo,

Perkenalkan, nama saya Amalia, saya mewakili situs lowongan kerja internasional Jooble.

Kami tertarik untuk bekerja sama dengan dwp0914kemenpera.blogspot.com. Dalam rangka kerja sama barter tersebut kami dapat secara gratis menyediakan situs Anda dengan para pengguna tambahan dan kesempatan beriklan. Boleh saya tahu siapa dapat dihubungi untuk membicarakan kerja sama yang ditawarkan dengan lebih detil?

Menantikan balasan Anda.

Salam hormat,

Amalia Lais
Account Manager 

LinkedIn 
skype: Amalia Lais | jooble.org



One site. All jobs

The information in this e-mail is confidential and may be legally privileged. It is intended solely for the addressee. Access to this e-mail by anyone else is unauthorized. If you have received this communication in error, please address with the subject heading "Received in error," send to the original sender, then delete the e-mail and destroy any copies of it. If you are not the intended recipient, any disclosure, copying, distribution or any action taken or omitted to be taken in reliance on it, is prohibited and may be unlawful. Opinions, conclusions and other information in this e-mail and any attachments that do not relate to the official business of the firm are neither given nor endorsed by it.

Jooble cannot guarantee that e-mail communications are secure or error-free, as information could be intercepted, corrupted, amended, lost, destroyed, arrive late or incomplete, or contain viruses. By this email Jooble neither makes nor accepts legally binding agreements unless otherwise agreed to the contrary in written.

Jooble is a Trademark and refers to companies of Jooble Group. Each member firm of Jooble Group is a legally distinct and separate entity and each describes itself as such. Information about the structure and jurisdiction of your local Jooble member firm can be obtained from your Jooble representative.

 

 

 

26 Juli 2011

Peluncuran Web Portal MDGs Indonesia

Date: 23.Jul.2011 07:42:13
Oleh: Noria Hasibuan
“Tujuan yang lebih besar dari pencapaian MDGs ini adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, rakyat yang cerdas, yang bisa mengembangkan diri mereka sendiri sehingga tidak menjadi beban negara.”
- Prof. Nila F Moeloek, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk MDGs
Pada hari Selasa, 19 Juli 2011, bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta; Kantor Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk MDGs (KUKPRI-MDGs) telah meresmikan website khusus MDGs Indonesia yang bertujuan sebagai wadah informasi utama bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui secara jelas hasil pencapaian MDGs Indonesia selama ini dan rencana-rencana kedepan demi pencapaian MDGs Indonesia di tahun 2015 secara sempurna.
Acara peluncuran web portal MDGs Indonesia ini dibuka secara langsung oleh Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk MDGs yaitu Prof. Nila F. moeloek dengan memaparkan presentasi mengenai keadaan pencapaian MDGs Indonesia hingga tahun 2011, lalu dilanjutkan dengan penjelasan program KUKPRI-MDGs kedepan, terutama untuk tahun 2011 ini.
Dimulai tahun ini KUKPRI-MDGs akan mengimplementasikan program Model Intervensi Integratif yang telah disusun selama tahun 2011 kemarin. Model Intervensi Intergratif ini adalah program pelayanan kesehatan masyarakat yang terintegrasikan dengan aspek-aspek pendidikan, pemberdayaan masyarakat dan berbasis Informasi Teknologi (IT) agar masyarakat tersebut dapat mencapai kemandirian dan kesejahteraan meraka. Untuk program ini KUKPRI-MDGs mempunyai mitra kerjasama dengan sector swasta dan organisasi masyarakat madani.
Besar harapan Prof. Nila F. Moeloek dengan diresmikannya website MDGs Indonesia ini bisa mengenalkan MDGs kepada khalayak yang lebih luas dan bisa menggunakan informasi-informasi yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan mereka dan akhirnya dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam hidup.
Acara peluncuran web portal MDGs Indonesia ditutup dengan pemutaran animasi pendek tentang 8 (delapan) Tujuan Pembangungan Millenium oleh Prof. Nila F. Moeloek bersama dengan bapak Gatot Rustamaji selaku Senior General Manager of community development dari perusahaan Telkom Indonesia.
kunjungi website MDGs Indonesia: http://www.mdgsindonesia.org/

1 Juni 2011

Mari Menulis ...

Menulis adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan kreativitas. Tetapi bagaimana sebuah kreativitas muncul secara otomatis pada saat diperlukan ? Menurut saya saran-saran dari om Jay di bawah ini dapat membantu kita dalam melahirkan dengan mudah ide-ide penulisan secara otomatis, apabila kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, agar anda mampu menulis setiap hari, anda harus memaksa diri anda untuk konsisten dan memiliki komitmen yang tinggi untuk melakukan proses menulis. Sebab tanpa itu, anda tak akan mampu menulis setiap hari. Proses menulis itu sendiri dapat anda lakukan di saat baru bangun tidur. Pada saat baru bangun tidur itulah otak anda serasa segar dan ide-ide cemerlang muncul. Namun ketika proses menulis di pagi hari tak bisa anda lakukan, cobalah di saat istirahat kerja. Di saat anda beristirahat makan siang, cobalah sisihkan barang sejenak untuk menulis. Tetapi bila anda tak bisa melakukannya juga, menulislah di saat sebelum tidur. Menulis sebelum tidur seringkali saya lakukan agar mampu menulis setiap hari. Di saat malam hari itulah, saya menuangkan ide-ide atau buah pikiran saya sendiri ke dalam media yang bernama blog. Di media sosial itu, saya membiasakan diri menulis setiap hari. Tentu dengan komitmen yang tinggi dan konsistensi yang terjaga.

 Kedua, menulis setiap hari itu seperti belajar bersepeda. Susah pada awalnya. Namun bila berkali kita jatuh dan tak mengeluh, maka kita akan bergembira karena bisa berkeliling kota dengan sepeda. Kita pun senang menggoes sepeda ke sana kemari. Begitupun dengan menulis. Sesuatu yang sulit akan menjadi mudah kalau kita terus berlatih, dan berani mencoba menulis. Jangan malu dan ragu untuk menulis. Tuangkan saja apa yang ada di pikiran. Mungkin kita bisa memulainya dari pengalaman diri sendiri. Lalu pengalaman di sekitar kita. Tulislah yang mudah-mudah saja. Dengan begitu proses menulis akan bertahap menaiki tangga keemasannya.

 Ketiga, jangan pernah berhenti menulis. Sesibuk apapun, sempatkan diri kita untuk menulis. Bila tak ada media yang bisa digunakan, kita bisa gunakan secarik kertas dan alat tulis. Menulislah, dan tuliskan segera apa yang ada di pikiran. Dengan begitu proses menulis setiap hari akan terjadi. Tak ada alasan, internet yang terputus atau komputer yang rusak. Semua harus dari kemauan diri untuk menulis. Biasakanlah menulis setiap hari, dan lawanlah kemalasan diri. Bila itu bisa kita lakukan, pastilah proses menulis itu serasa ringan kita dapati.

 Keempat, jadilah menulis sebagai sebuah kebutuhan sama halnya kita makan. Kita akan lapar dan kita akan haus bila tak menulis dan membaca hari ini. Dua kegiatan menulis dan membaca akan dilakukan oleh seorang penulis. Bila menulis sudah menjadi sebuah kebutuhan, maka proses menulis akan menjadi kegiatan alamiah seperti halnya kita makan dan minum. Kita akan merasakan kehausan dan kelaparan luar biasa bila tak menulis hari ini. Atau kalau dikatakan secara ekstrim, seperti orang sakau yang terkena narkoba.

Kelima, jadikan menulis setiap hari sebagai kegiatan di bawah alam sadar kita. Bila itu dilakukan, maka kita akan terbiasa menulis setiap hari. Sesuatu yang dilakukan dalam alam bawah sadar kita akan membuat diri ini seperti mendapatkan energi tambahan. Sebab sesuatu yang disukai dan dikuasai karena hobi akan membuat menulis itu serasa nikmat. Kita pun akan merasakan nikmatnya menulis. Alam bawah sadar akan sangat berperan pada seseorang yang mampu menulis setiap hari. Menulis menjadi sebuah budaya atau kebiasaan karena dilakukan setiap hari.

Akhirnya, om Jay mengatakan: .. saya harus menutup artikel ini dengan sebuah pesan bahwa dengan menulis setiap hari akan membuat saya menjadi orang yang dikenal dan terkenal. ”Sehebat apapun kita bila tak mampu menulis, kita belum menjadi apa-apa”,begitulah profesor Conny R. Semiawan pernah mengatakannya kepada saya. Semoga dengan melakukan proses menulis setiap hari, pikiran anda menjadi jernih dan merupakan therapy diri agar menjadi orang yang berarti. Menulislah sebelum mati, agar ada pesan kepada anak cucu tentang apa yang sudah anda lakukan semasa hidup. Hidup ini akan sangat berarti bila kita bermanfaat untuk orang banyak. Oleh karena itu, menulislah setiap hari agar anda dikenang dan memberikan pencerahan kepada orang lain

10 Prinsip dan Manfaat Mengikat Makna

Tulisan ini dikutip dari perjalanan om Jay tanggal 23 dan 24 Mei 2011, yang diundang oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung untuk menyampaikan prinsip-prinsip “Mengikat Makna”. Om Jay kemudian melatihkan sekaligus meminta para peserta pelatihan membaca-menulis yang dipadukan itu untuk sekaligus merasakan manfaatnya

1
Mengikat makna adalah konsep membaca dan menulis yang disatupadukan yang telah membantu saya dalam mengenali diri saya dan, khususnya, memudahkan saya dalam rangka mencuatkan pelbagai potensi diri yang saya miliki. “Kita membaca buku untuk mencari tahu tentang diri kita sendiri. Apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan oleh orang-orang lain—entah mereka nyata atau imajiner—merupakan petunjuk yang sangat penting terhadap pemahaman kita mengenai siapa sebenarnya diri kita ini dan bisa menjadi seperti apakah kita,” ujar Ursula K. Leguin. Sementara itu, menulis adalah menyusun (mengonstruksi) dan merumuskan diri saya ketika saya mengeluarkan sesuatu yang telah saya pahami dengan baik yang berasal dari kegiatan membaca ataupun dari kegiatan mendengar, melihat, merasakan, dan sebagainya.
2
Setelah berkali-kali menerapkan konsep mengikat makna—setiap kali usai membaca, saya pun menuliskan hasil-hasil membaca saya dan sebelum memulai menulis, saya pun membaca buku terlebih dahulu—saya merasakan sekali bahwa membaca memerlukan menulis (agar yang telah saya baca tidak hilang) dan menulis memerlukan membaca (karena membaca adalah memasukkan kata-kata ke dalam diri sementara menulis adalah mengeluarkan diri dengan bantuan kata-kata yang sudah tersimpan di dalam diri). Prinsip ini memberikan manfaat luar biasa ketika saya membaca dan menulis. Salah satu manfaat luar biasa itu adalah saya menjadi berdaya—tidak loyo dan malas dalam melakukannya.
3
Menjalankan kegiatan mengikat makna memberikan semacam pengalaman yang sangat berharga bagi diri saya. Pengalaman itu berupa pemberitahuan (alarm) bahwa bukan kegiatan membaca dan menulisnya yang penting, melainkan kegiatan meraih maknalah yang harus dipentingkan. Membaca dan, apalagi, menulis adalah kegiatan yang tidak ringan. Kedua kegiatan ini memerlukan pemikiran yang sangat tinggi serta, kadang, menguras waktu dan tenaga. Apabila kita menjalankan baik kegiatan membaca maupun menulis dan kemudian dari kegiatan itu kita tidak mendapatkan sesuatu yang penting dan berharga (makna), kita pun akan berhenti menjalankannya. Ada kemungkinan—sekali lagi jika kebermaknaan itu tidak dapat kita raih—untuk memulai lagi membaca dan menulis ada semacam kemalasan (beban berat) yang melanda diri kita.
4
Apabila Anda ingin mencoba memahami konsep mengikat makna dan kemudian secara perlahan-lahan menerapkannya, perhatikanlah ihwal peraihan makna itu. Mengikat makna tidak mengajarkan atau melatihkan kegiatan membaca dan menulis. Mengikat makna ingin menunjukkan kepada Anda bahwa kebermaknaan (sesuatu yang sangat penting dan berharga) dapat diraih lewat kegiatan membaca dan menulis yang disatupadukan. Maknalah yang akan menggerakkan diri Anda untuk terus membiasakan diri membaca dan menulis. Maknalah yang akan membangkitkan antusiasme Anda untuk secara kontinu dan konsisten berlatih membaca dan menulis. Dan hanya maknalah yang akan membuat diri Anda bahagia—apa pun yang Anda kerjakan.
5
Hasil-hasil kegiatan mengikat makna sering saya sebut sebagai “ikatan makna”. Ini bukan sekadar catatan, resensi, ikhtisar, kesimpulan, atau apalah istilahnya. Bentuknya memang tulisan, tapi tulisan itu merekam sesuatu yang sangat penting dan berharga yang berasal dari diri pribadi Anda. “Ikatan makna” disarankan untuk ditulis secara sangat personal dengan menggunakan kata ganti orang pertama, “Aku” atau “Saya”. Contoh: “Aku baru saja membaca novel Laskar Pelangi; apa yang kudapat ya dari novel tersebut? Oh, di halaman 230 (misalnya), aku terkesan dengan tokoh bernama Lintang. Semangat belajarnya luar biasa. Bla-bla-bla….” Jadi, selain menggunakan kata ganti orang pertama (“Aku”), sebuah “ikatan makna” yang baik perlu diawali dengan pertanyaan. Selebihnya, “ikatan makna” dibuat sesuai dengan keinginan si pelaku mengikat makna.




6
Membaca dan menulis itu merupakan keterampilan. Jadi, jika kita tidak melatih diri kita—dalam membaca dan menulis—ya kita tidak akan memiliki keterampilan tersebut. Apabila kita tak memiliki keterampilan membaca dan menulis, tentulah kita akan kepayahan—atau bahkan tersiksa—dalam menjalankan kegiatan membaca dan menulis. Membaca buku-buku akademis menjadi sangat berat dan membebani. Menulis pun menjadi tersendat-sendat, tidak nyaman, dan membuat frustrasi. Jika toh akhirnya dapat menghasilkan tulisan, tulisan itu membuat diri menjadi tidak percaya diri, dan sebagainya. Saya menggunakan konsep mengikat makna untuk meningkatkan keterampilan membaca sekaligus menulis. Mengikat makna saya disiplinkan untuk saya lakukan setiap hari. “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” (kata-kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.) ini menjadi fondasi saya untuk membaca dan menuliskan (mengikat) hasil yang saya baca setiap hari. Mendapatkan ilmu menjadi pendorong dan pembangkit semangat saya untuk terus membaca dan menuliskan apa yang saya baca.
7
Setelah bertahun-tahun menjalankan kegiatan mengikat makna, saya pun tertarik untuk mengaitkan kegiatan membaca dan menulis yang disatupadukan ini dengan kata-kata Stephen R. Covey, penulis The 7 Habits of Highly Effective People. Menurut Covey, “Kemenangan publik mustahil diraih sebelum kemenangan pribadi. Anda tidak dapat membalik soal ini: Jika ingin memetik buah, Anda harus menanam terlebih dahulu.” Bagi saya, kemenangan publik adalah keberhasilan seseorang dalam mempublikasikan tulisan-tulisannya. Misalnya, Anda berhasil membuat buku dan buku itu banyak diminati konsumen. Atau, artikel ciptaan Anda sukses menembus harian nasional, Kompas. Nah, untuk meraih kemenangan publik, Anda perlu meraih terlebih dahulu kemenangan pribadi. Kemenangan pribadi adalah kesuksesan Anda dalam mengalahkan kemalasan berlatih membaca dan menulis di “ruang privat”. Ingat, membaca dan menulis adalah keterampilan. Anda tidak dapat sukses di luar tanpa meraih sukses terlebih dahulu di dalam. Hanya dengan berlatih membaca dan menulis di “ruang privat”-lah Anda dapat menemukan kepercayaan diri. Berlatih mengikat makna di “ruang privat” ini kemudian saya istilahkan sebagai MUDS (Menulis untuk Diri Sendiri). MUDS yang dibiasakan setiap hari adalah bukti bahwa kesuksesan di dalam (kemenangan pribadi) telah berhasil Anda raih.
8
Pada 2011, usia konsep mengikat makna hampir mencapai 10 tahun. Selama 10 tahun itu, saya terus memperbaiki konsep dan penerapannya. Perbaikan itu saya lakukan karena saya sering diminta untuk memberikan pelatihan membaca dan menulis berbasis mengikat makna. Lewat interaksi yang intensif dengan para peserta pelatihan, saya kemudian mendapatkan gagasan-gagasan baru guna memperbaiki konsep saya. Bagaimana saya mendapatkan gagasan baru? Saya mendapatkan gagasan baru lewat pemberian pengalaman menulis—bukan teori menulis. Setiap kali memberikan pelatihan menulis, saya juga mengajak para peserta untuk berpraktik mengikat makna. Nah, ketika saya mencetuskan pertama kali konsep mengikat makna, tepatnya pada 12 Juli 2001, saya sudah menyimpan banyak sekali gagasan. Salah satu gagasan yang berkembang kemudian adalah tentang Quantum Reading dan Quantum Writing—bagaimana membaca dan menulis yang dapat melejitkan potensi diri. Pada 2004, saya membuat Mengikat Makna untuk Remaja. Ini buku mengikat makna yang sangat praktis. Lalu pada 2005, saya membuat Mengikat Makna Sehari-hari. Buku ini mengajak siapa saja untuk memetik manfaat membaca dan menulis dengan cara memecahkan setiap problem membaca dan menulis. Dan pada 2009, saya membuat Mengikat Makna Update. Buku ini merupakan perkembangan mutakhir konsep mengikat makna. Konsep mengikat makna saya kembangkan dengan menggunakan “alat” canggih bernama “mindmapping” (pemetaan pikiran) temuan Tony Buzan.

9
Sekali lagi, gagasan tentang mengikat makna ini muncul berkat kata-kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a., “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Lantas, saya juga diyakinkan oleh ahli linguistik, Dr. Stephen D. Krashen, lewat riset yang dibukukan dengan judul The Power of Reading, bahwa ada hubungan antara membaca dan menulis. Menurut Dr. Krashen, hampir semua orang yang berhasil memiliki kemampuan menulis diakibatkan oleh kegiatan membacanya.

Dengan berjalannya waktu, saya terus mengumpulkan pengalaman para ahli dalam menjalankan kegiatan membaca dan menulis. Saya membaca buku-buku yang membahas kegiatan membaca dan menulis yang disoroti dari pelbagai disiplin ilmu. Dari Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog peneliti, saya memperoleh sebuah hasil riset yang dahsyat bahwa menulis dapat menyembuhkan (lihat bukunya, Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions, The Guilford Press, New York, 1997).

Lantas dari Natalie Goldberg (seorang instruktur menulis-bebas yang sangat terkenal di Amerika Serikat) dan Peter Elbow (seorang akademisi) saya diajari bagaimana mengawali menulis dengan menggunakan teknik “membuang” apa saja yang ada di dalam pikiran (lihat Goldberg, Writing Down the Bones: Freeing the Writer Within, Shambala Publications Inc., Massachusetts, 1986, dan Elbow, Writing without Teachers, Oxford University Press, New York, 1998).

Lewat riset-riset neurologis, salah satunya ditunjukkan oleh Roger Sperry, saya pun dapat menulis dengan menggunakan dua belahan otak kiri dan kanan (lihat Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Kaifa, Bandung, 1999). Saya juga dapat membaca dan menulis dengan memanfaatkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) temuan Howard Gardner (lihat Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara: Menerapkan “Multiple Intelligences” di Dunia Pendidikan, Kaifa, Bandung, 2002).


10
Akhirnya, konsep mengikat makna ini memang tak berhenti pada kegiatan membaca dan menulis untuk keperluan membuat skripsi atau menulis artikel di media massa. Memiliki kemampuan membaca dan menulis untuk menulis skripsi dan karya ilmiah jelas sangat penting. Namun, saya ingin mengajak Anda semua untuk menjadikan kegiatan membaca dan menulis tak hanya sebatas untuk itu atau berhenti di situ.

Izinkan, di sini, saya mengutip kata-kata Prof. Dr. Riris K. Toha-Sarumpaet—Guru Besar Fakultas Ilmu Pentetahuan Budaya Universitas Indonesia—yang ada di sampul belakang buku Mengikat Makna Update (Kaifa, 2009): “Hernowo tak hanya bicara tentang keterampilan baca-tulis; lebih dari itu, dia terutama bicara tentang sebuah kehidupan yang bermakna.”

Terus terang, dalam Mengikat Makna Update, saya memanfaatkan membaca dan menulis untuk meraih kebahagiaan. Saya ingin mengutip komentar Arvan Pradiansyah, penulis buku bestseller The 7 Laws of Happiness yang juga ada di buku Mengikat Makna Update: “Hernowo menulis buku yang sangat menarik yang dapat mengubah paradigma Anda mengenai membaca dan menulis. Dua kegiatan ini bukanlah untuk orang-orang tertentu saja, tetapi untuk siapa pun yang ingin menemukan jati diri dan meraih kebahagiaan yang sejati.

24 Maret 2011

Tiga Target MDGs Bisa Tak Tercapai

RAKER TAMPAKSIRING

Kompas, Rabu, 21 April 2010
03:43 WIB

Tampaksiring, Kompas - Tiga tujuan pembangunan milenium atau MDGs berpotensi gagal dicapai pada tahun 2015. Kemungkinan tidak tercapainya tujuan itu ditunjukkan oleh indikator angka kematian ibu melahirkan yang masih tinggi, pencegahan HIV/AIDS, dan indikator tutupan lahan pada sektor kehutanan yang belum optimal.

Komitmen kuat semua pihak, yang akan diikat dengan instruksi presiden dan kejelasan rencana aksi daerah, diharapkan dapat mengatasi ketertinggalan pencapaian tiga indikator pencapaian MDGs itu. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana menjelaskan hal itu di Istana Tampaksiring, Bali, Selasa (20/4).

Armida memimpin kelompok kerja (pokja) pencapaian MDGs dalam rapat kerja Kabinet Indonesia Bersatu II dengan para gubernur, ketua DPRD, pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, pimpinan badan usaha milik negara, para pelaku usaha, dan pakar teknologi yang digelar di Istana Tampaksiring, 19-21 April.

Armida menjelaskan, pokja pencapaian MDGs membahas sejumlah sasaran MDGs, yakni pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, pemenuhan pendidikan dasar untuk semua, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, penurunan kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu, penjaminan lingkungan hidup, serta pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya.

”Meski secara keseluruhan sudah sesuai rencana, ada beberapa indikator yang tampaknya masih belum sesuai dengan harapan. Kemungkinan bisa tidak tercapai pada tahun 2015,” ujarnya.

Hal-hal yang belum sesuai harapan, kata Armida, antara lain, angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup yang berkaitan erat dengan tujuan peningkatan kesehatan ibu, indikator pencegahan HIV/AIDS, serta perhitungan tutupan lahan-lahan yang terkait isu lingkungan hidup dan kehutanan.

Atasi ketertinggalan

Pokja sampai Selasa malam diagendakan membahas strategi untuk mengatasi ketertinggalan pencapaian tiga indikator terkait tujuan MDGs itu.

Pokja sejauh ini menggariskan perlunya penguatan komitmen pemerintah pusat dan daerah serta peran pemuka masyarakat. Diperlukan tindak lanjut di daerah berupa rencana aksi daerah yang disusun berdasarkan kondisi setiap daerah dan kemampuan mereka dalam mempercepat pencapaian target MDGs. Hal ini juga akan dituangkan dalam instruksi presiden. ”Contohnya dalam penurunan angka kematian ibu akan diatur upaya ketersediaan dan distribusi tenaga medis strategis di daerah,” ujarnya. (DAY)